Kamis, 16 Januari 2014

LEMBUT KELELAHAN


dancer 89 d'club
ilustrasi

Perempuan itu bernama Lembut, waktu anaknya Permata yang berusia lima tahun bersekolah di playgroup bertanya tentang “siapa ayah?”. Maka dia selalu terkenang dengan kuasa cinta yang memaksanya keluar dari rumah bersama lelaki berdarah Arab Menado, kekasih tercinta yang membuatnya selalu hangat hingga buah cinta terlarang hadir dalam rahimnya. Masa itu bagi perempuan yang kala itu bernama lengkap Andi Besse Lizanti Daeng Tanang adalah bagian dari dunia yang paling istimewa, dimana simbol putri karaeng dengan aliran darah biru serta satu-satunya anak yang menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi, kebanggan harga diri kampung dan adat dengan status Miss Adat Nusantara pemenang lomba putri adat nusantara yang mewakili negeri para pelaut ulung.
Sudut malam 1
”sini sama om, om senang om bayar” sapa lelaki setengah abad setelah menegak satu sloki red’s di cafĂ© Longstrip disudut lain Lelaki dengan dasi yang longgar berseru ”lembut buat om herman senang dong” diringi cekikikan para perempuan-perempuan lainnya. Lembut meliukkan badannya dengan gemulai yang hanya dibalut tanktop dan underweare membuat lembaran uang merah melayang dan terus mengalir mengikuti alunan musik DJ dan desahan kagum para pencari kepuasan malam.
Sisi malam 2
“Tuhan beri bunda rezki yang banyak, biar besok permata diajak jalan ke-mall, Amin” gumanmnya dengan terpejam dibalik selimut bergambar dora-dora. Permata begitu manis dengan senyum tipis di sudut bibir mengingat janji Besse mengajaknya ke mall membeli sepatu yang punya roda seperti milik Umi teman playgroup anak ketua RT sebelah rumahnya.
Sudut malam1
Sudah hampir tiga tahun lembut menjalani hidup sebagai penari striptease di hotel-hotel berbintang lima, reputasi lembut cukup tenar sebagai penari dibalik hangatnya dunia malam. “Ini adalah pilihan hidup, anakku besok mau beli sepatu, susu dirumah sudah habis, lusa gaji pembantu mesti dibayar“ teriak lembut dalam hati. “ayo lembut lepas tanktopnya” disertai gelak tawa serta tatapan tak berkedip melihat lekukan tubuh tanpa cela.

*****
Hari Ini….
Waktu adalah saat yang terhenti dengan guman detik-detik yang berlalu, Keresahanku akan jalan yang aku pilih goyah oleh realita hidup yang yang seakan tak berpihak, walau aku sadari dari bahwa hidayah Tuhan datang dengan jizim yang partikular.
Jam ini…..
Hisapan demi hisapan serta tegukan demi tegukan masuk melalui aliran darahku dan semakin menyesakkan dada yang mengantarkanku pada ekstase seakan meledakkan adrenalin. Denyut nadi makin kencang, detak jantungngku memburu seiring semangat yang hampir pupus menangkap pendar hidup. Tegukan demi tegukan membasahi tenggorongan yang kering untuk berteriak meminta permbelaan kepada dunia. Augh..uahhh…aku sendawa…sendawa yang sangat memilukan. Teringat kenangan masa lalu semakin tajam menyeruak menembus setiap dinding-dinding ingatanku, aku kalah melawan lentingan marijuana dan sebotol mansion house seakan mereka menertawai setiap ejaan-ejaan yang keluar dari batinku.
Menit ini…..
Kenangan akan tiga desakan maaf yang menyeruak dalam batinku, Ini adalah kali ketiga lelakiku yang sangat kucintai meninggalkanku, ini yang paling menyakitkan, ingat ini yang paling menyakitkan.
Maaf tiga ”Aku memaafkanmu ditengah perjuanganku untuk melahirkan anaknya saat kakiku satu di liang kubur suamiku yang sangat kusanyangi tidak disampingku tetapi berpesta di Longstript Cafe”.
Maaf dua ”Aku memaafkanmu ketika kau meninggalkan aku sesaat sehabis akad pernikahan yang dipaksakan atas nama kehormatan keluarga, padahal engkau telah berjanji untuk menjaga diriku untuk selamanya”.
Maaf Satu ”Aku memaafkanmu kali pertama kau tinggalkan aku tergeletak mernangis lelah di kamar hotelsetelah karena orangtuamu memangilmu untuk pulang karena jam malammu sudah tiba, waktu itu aku masih muda 15 tahun”.
Maaf Empat… mungkinkah? ”Apakah ada ada kata maaf yang keempat untukmu walau hari ini kau datang dengan bersujud menangis dan walaupun aku tahu anakmu merindukan pejantan sepertimu aku sangat membencimu dengan segala cinta yang ada padaku.”
I miss U Honey… hanya itu yang terucap di detik aku memaafkan kelelahan diriku mencintaimu.

makassar 2007

2 komentar: