dancer 89 d'club ilustrasi |
Perempuan itu bernama Lembut, waktu anaknya Permata yang berusia lima
tahun bersekolah di playgroup bertanya tentang “siapa ayah?”. Maka dia
selalu terkenang dengan kuasa cinta yang memaksanya keluar dari rumah
bersama lelaki berdarah Arab Menado, kekasih tercinta yang membuatnya
selalu hangat hingga buah cinta terlarang hadir dalam rahimnya. Masa itu
bagi perempuan yang kala itu bernama lengkap Andi Besse Lizanti Daeng
Tanang adalah bagian dari dunia yang paling istimewa, dimana simbol
putri karaeng dengan aliran darah biru serta satu-satunya anak yang
menikmati pendidikan sampai perguruan tinggi, kebanggan harga diri
kampung dan adat dengan status Miss Adat Nusantara pemenang lomba putri
adat nusantara yang mewakili negeri para pelaut ulung.
Sudut malam 1
”sini sama om, om senang om bayar” sapa lelaki setengah abad setelah
menegak satu sloki red’s di cafĂ© Longstrip disudut lain Lelaki dengan
dasi yang longgar berseru ”lembut buat om herman senang dong” diringi
cekikikan para perempuan-perempuan lainnya. Lembut meliukkan badannya
dengan gemulai yang hanya dibalut tanktop dan underweare membuat
lembaran uang merah melayang dan terus mengalir mengikuti alunan musik
DJ dan desahan kagum para pencari kepuasan malam.
Sisi malam 2
“Tuhan beri bunda rezki yang banyak, biar besok permata diajak jalan
ke-mall, Amin” gumanmnya dengan terpejam dibalik selimut bergambar
dora-dora. Permata begitu manis dengan senyum tipis di sudut bibir
mengingat janji Besse mengajaknya ke mall membeli sepatu yang punya roda
seperti milik Umi teman playgroup anak ketua RT sebelah rumahnya.
Sudut malam1
Sudah hampir tiga tahun lembut menjalani hidup sebagai penari striptease
di hotel-hotel berbintang lima, reputasi lembut cukup tenar sebagai
penari dibalik hangatnya dunia malam. “Ini adalah pilihan hidup, anakku
besok mau beli sepatu, susu dirumah sudah habis, lusa gaji pembantu
mesti dibayar“ teriak lembut dalam hati. “ayo lembut lepas tanktopnya”
disertai gelak tawa serta tatapan tak berkedip melihat lekukan tubuh
tanpa cela.
*****
Hari Ini….
Waktu adalah saat yang terhenti dengan guman detik-detik yang berlalu,
Keresahanku akan jalan yang aku pilih goyah oleh realita hidup yang yang
seakan tak berpihak, walau aku sadari dari bahwa hidayah Tuhan datang
dengan jizim yang partikular.
Jam ini…..
Hisapan demi hisapan serta tegukan demi tegukan masuk melalui aliran
darahku dan semakin menyesakkan dada yang mengantarkanku pada ekstase
seakan meledakkan adrenalin. Denyut nadi makin kencang, detak
jantungngku memburu seiring semangat yang hampir pupus menangkap pendar
hidup. Tegukan demi tegukan membasahi tenggorongan yang kering untuk
berteriak meminta permbelaan kepada dunia. Augh..uahhh…aku
sendawa…sendawa yang sangat memilukan. Teringat kenangan masa lalu
semakin tajam menyeruak menembus setiap dinding-dinding ingatanku, aku
kalah melawan lentingan marijuana dan sebotol mansion house seakan
mereka menertawai setiap ejaan-ejaan yang keluar dari batinku.
Menit ini…..
Kenangan akan tiga desakan maaf yang menyeruak dalam batinku, Ini adalah
kali ketiga lelakiku yang sangat kucintai meninggalkanku, ini yang
paling menyakitkan, ingat ini yang paling menyakitkan.
Maaf tiga ”Aku memaafkanmu ditengah perjuanganku untuk melahirkan
anaknya saat kakiku satu di liang kubur suamiku yang sangat kusanyangi
tidak disampingku tetapi berpesta di Longstript Cafe”.
Maaf dua ”Aku memaafkanmu ketika kau meninggalkan aku sesaat sehabis
akad pernikahan yang dipaksakan atas nama kehormatan keluarga, padahal
engkau telah berjanji untuk menjaga diriku untuk selamanya”.
Maaf Satu ”Aku memaafkanmu kali pertama kau tinggalkan aku tergeletak mernangis lelah di kamar hotelsetelah karena orangtuamu memangilmu untuk pulang karena jam malammu sudah tiba, waktu itu aku masih muda 15 tahun”.
Maaf Empat… mungkinkah? ”Apakah ada ada kata maaf yang keempat untukmu walau hari ini kau datang dengan bersujud menangis dan walaupun aku tahu anakmu merindukan pejantan sepertimu aku sangat membencimu dengan segala cinta yang ada padaku.”
I miss U Honey… hanya itu yang terucap di detik aku memaafkan kelelahan diriku mencintaimu.
makassar 2007
Maaf Satu ”Aku memaafkanmu kali pertama kau tinggalkan aku tergeletak mernangis lelah di kamar hotelsetelah karena orangtuamu memangilmu untuk pulang karena jam malammu sudah tiba, waktu itu aku masih muda 15 tahun”.
Maaf Empat… mungkinkah? ”Apakah ada ada kata maaf yang keempat untukmu walau hari ini kau datang dengan bersujud menangis dan walaupun aku tahu anakmu merindukan pejantan sepertimu aku sangat membencimu dengan segala cinta yang ada padaku.”
I miss U Honey… hanya itu yang terucap di detik aku memaafkan kelelahan diriku mencintaimu.
makassar 2007
saya suka alurnya (y)
BalasHapusngeri-ngeri sedap...
BalasHapus