Ketika pertama menjejakkan kaki
di kota Balikpapan saya disapa seseorang
“PO’ mau kemana?” dengan dialek agak mendayu, dalam pikiran saya kata PO’ adalah kata sapaan
khas orang-orang Balikpapan. Setelah
begitu lama baru saya sadari bahwa kata PO’ berasal dari kata SAPPO’ dalam
terjemahan bahasa bugis adalah spupu
(ikatan keluarga jauh), di balikpapan sapaan ini menjadi tanda membangun
kedekatan emosional dengan seseorang telah dekat atau yang baru dikenal.
Manusia Bugis sompe’ (merantau) dan malleke’ dapureng (bermigrasi) bukan
karena kelaparan, karena tidak adanya pekerjaan atau karena daerah asalnya
tidak subur, tetapi kebutuhan akan freedom
(kemerdekaan) serta kebebasan. Manusia bugis manusia merdeka mereka berharap
kebebasan dalam mencari nafkah, kebebasan dari gangguan keamanan, kebebasan
diri dari situasi yang mencekam dan sebagainya. Dalam kemerdekaan dan kebebasan
itu mereka berharap tentang kehidupan yang lebih layak dan lebih sejahtera.
Pergolakan di tanah bugis pada
abad 17 membuat manusia bugis sompe’ (merantau) ke segala penjuru dunia, mereka
mediami angke, johor
,loloangbugis bali, kampong bugis singapura, sampai cape town. Para
perantau ini membangun sketsa politik dimana tempat mereka berpijak, mereka
dikenal sebagai pasukan yang tangguh dan punya kesetiaan politik, ini dilihat
bahwa kerajaan Selangor dan kerajaan Johor merupakan andil para perantau bugis. Kedalaman pengetahuan tentang maritim
menjadikan mereka sebagai nahkoda yang ulung dan membagun jalur perdagangan
dari pelosok nusantara sampai belahan dunia lainnya. Sisi lain juga membuat
mereka dikenal sebagai perompak-perompak ulung didunia disebut sebagai macazare ze rover.
Pasar Segiri konon diambil dari nama kota di sulsel (segeri)
(sumber detik .com)
|
Sangat mudah untuk menemukan to
Ugi’ (orang bugis) di tanah rantau biasanya dapat ditemui didaerah pelabuhan
dan pasar, karena to ugi dilahirkan dengan kemampuan berkomunikasi yang baik
dan juga dibekali dengan keberanian mengambil resiko. Mungkin ini tidak lepas
dari nilai prinsip tellu cappa yang
merupakan petuah turun temurun. Tellu cappa berisi “cappa lila” (ujung lidah),
“cappa’ kawali” (ujung badik), “cappa laso” (ujung kemaluan).Ujung lidah
sebagai penanda kemampuan bersilat lidah (berkomunikasi) hal ini sangat penting
dalam berdagang dan bernegosiasi, Ujung badik penanda terkait dengan keberanian
dan keteguhan terkait apa yang telah diucapkan, Ujung kemaluan sebagai
penanda harga diri (rasa malu) juga sebagai
alat negosiasi pembauran sosial.
Manusia bugis dalam melekke dapureng mempunyai sifat kepeloporan seperti kata
pepatah “dimana bumi dipijak disitu
langit di junjung”. Disetiap kota di bumi etam passompe’ membangun pundi
ekonomi mereka di tanah rantau, mereka meyakini tanah yang mereka kelola adalah
tanah yang dititipkan Tuhan untuk dibangun. Hampir semua kota di mana para passompe’ ini berdiam maka mereka
mededikasikan seluruh apa yang dipunya untuk membangun kota seperti membangun
tanah kelahiran mereka. Mereka tidak
menumpuk harta mereka di kampun tanah kelahiran mereka seperti suku perantau
lainnya.
Generasi para passompe’ ini
menjadi tokoh masyarakat bahkan mereka menjadi panutan politik, sebutlah ada
empat perdana menteri Malaysia yang
keturunan bugis makassaar Tun Abdul Razak, DM Najib, Ahmad Badawi, dan Datu
Huasin Onn. Secara sosial mereka berhasil melakukkan pembauran sehingga mereka
diterima menjadi bagian penting dalam satu tatanan masayarakat tanpa kehilangan
indentitas.
Dato Sri Mohd Tun Razak
(sumber wikipedia.org)
|
Mali’ siparappe tokkong siparebba’ merupakan satu prinsip hidup yang menjadikan
para passompe’ mempunyai ikatan primordial yang kuat,Mali’ siparappe tokkong siparebba’ diartikan saling berpegangan
ketika hanyut dan berdiri dan jatuhpun selalu bersama. Passompe’ di perantauan
mereka saling menguatkan dan saling memberikan dukungan mereka mengajak para
penduduk tanah rantau untuk saling menguatkan. Pertemuan Saudagar Bugis Makassar
yang digagas oleh Jusuf Kalla menegaskan bahwa ekspansi sosial ekonomi harus di
bangun bersama dengan menjadikan kepeloporan passompe’ dimana tanah mereka
pijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar